Sabtu, 27 November 2010

Monas yang Menawan


Sabtu, tanggal 30 Oktober 2010 adalah hari yang akan selalu saya kenang dalam hidup saya. Hari itu begitu cerah, saya beragenda untuk mengunjungi Monas bersama sahabat terdekat saya, Mba Dinda. Saya berangkat ke Jakarta pada pukul 9.15 menggunakan KRL Ekonomi dari Stasiun UI dan turun di Stasiun Gondangdia di dekat kos Mba Dinda sekitar 30 menit kemudian. Saya beberapa kali mengirimkan pesan singkat ke telepon genggam Mba Dinda. Namun tidak ada jawaban. Akhirnya saya memutuskan untuk menjemputnya di kos. Setelah ia selesai bersiap-siap, kami makan siang dahulu di warteg. Setelah kenyang, kami segera berangkat ke Monas yang letaknya tidak jauh dari sana dengan berjalan kaki.

Lima belas menit kemudian kami tiba di Monas. Ternyata di tamannya saja sudah cukup ramai pengunjung. Kami melihat di antrean untuk naik lift menuju puncak Monas sudah dipadati pengunjung, baik lokal, luar daerah, bahkan luar negeri. Kami pun memutuskan untuk mengobrol santai dahulu di taman Monas sambil menunggu antrean sedikit sepi. Kursi taman di dekat pintu masuk Monas menjadi pilihan kami untuk bercengkrama sambil menikmati pemandangan. Dari tempat kami duduk, tampak beberapa gedung-gedung penting yang terletak di sekitar Monas, diantaranya adalah gedung Pertamina, gedung Pramuka, Tower MNC, gedung Kementerian BUMN, Pariwisata, gedung Kementerian Komunikasi dan Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum, RRI, masjid Istiqlal, dan gedung Telkom. Di sekitar Monas juga terdapat banyak pedagang, mulai dari makanan, minuman, cindera mata, atau juru foto.

Setelah cukup lama mengobrol di Taman Monas, sekitar pukul 12.10 WIB kami menuju ke loket untuk membeli tiket masuk cawan Monas. Cukup murah, 1000 rupiah bagi pelajar, anak-anak dan mahasiswa serta 2500 rupiah bagi dewasa atau umum. Berbekal tiket masuk tersebut, kami menuju ke cawan Monas yang berisi diorama-diorama yang menceritakan sejarah bangsa Indonesia. Ada lima diorama yang menceritakan sejarah bangsa Indonesia sejak masa manusia purba, masa kerajaan, masa penjajahan, masa perjuangan kemerdekaan, masa proklamasi kemerdekaan, masa mempertahankan kemerdekaan, hingga masa awal pemerintahan Indonesia.

Selain diorama, ada pula ruang yang berisi informasi tentang kota Jakarta. Di dalam ruang tersebut terdapat maket tiga dimensi yang merepresentasikan wilayah DKI Jakarta. Ada juga beberapa foto tentang kota Jakarta dan rencana pembangunan kota Jakarta selanjutnya. Saya sempat terkagum-kagum melihat rancangan pembangunan Jakarta di masa depan. Begitu megah dan futuristik.
Di cawan Monas juga terdapat tiang-tiang pendek yang berisi informasi sejarah dari Monas dan masa-masa pembangunannya. Melalui itu, saya dapat mengetahui bahwa dahulu Monas tidaklah seindah sekarang. Setelah 50 tahun pembangunan, Monas baru dilapisi emas pada bagian lidah apinya yang membuatnya tampak menawan. Taman Monas pun kini sudah sangat cantik dan indah tidak seperti dahulu yang masih sangat sederhana.

Puas menikmati berkeliling di ruang cawan Monas, kami menuju ke lift yang membawa kami ke puncak Monas. Meskipun sebelumnya kami harus membeli tiket lagi untuk naik ke puncak Monas, namun pemandangan yang kami saksikan di puncak Monas terlalu indah dan sama sekali tidak mengecewakan. Kami dapat melihat keindahan Jakarta dari tempat itu.
Dengan berat hati, kami pun akhirnya pulang. Namun, pengalaman ke Monas benar-benar menakjubkan dan tidak akan pernah saya lupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar